BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak sebagai
individu bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh
sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang
terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua
dan masyarakat pada umumnya memperlakukan anak tidak
sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga, orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di
sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan
tahap perkembangan anak.
Guru
sebagai pengembang pembelajaran harus mengenali karakteristik siswa yang
berhubungan dengan keperluan pengembangan pembelajaran. Minat, bakat dan bahasa
siswa harus menjadi acuan dalam menyampaikan materi pelajaran, tatkala guru
menyampaikan materi ia harus tahu, apa minat dan bakat siswa.[1]Untuk
itu seorang guru atau pendidik hendaknya memahami segala karakteristik dan
perbedaan individu setiap siswanya, agar dapat menentukan metode pembelajaran
yang tepat bagi setiap siswanya tersebut.
Setiap
individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang
satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan
fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru.
Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan
dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu
tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa
sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan
karakteristik dirinya.[2]
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian individu?
2.
Apa sajakah karakteristik individu?
3.
Apakah penyebab dan macam-macam perbedaan
individu?
C. Tujuan
1.
Memahami pengertian individu.
2.
Mengenal karakteristik individu.
3.
Mengetahui penyebab dan macam-macam perbedaan
individu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata individum (Latin),
yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep
Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk
ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang
meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. (1) Raga, merupakan bentuk jasad manusia
yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain,
sekalipun dengan hakikat yang sama, (2) Rasa, merupakan perasaan manusia yang
dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan
yang menyangkut dengan keindahan, (3) Rasio atau akal pikiran, merupakan
kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan
dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima
oleh panca indera, (4) Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi
dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan
saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk
suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat.[3]
Pada hakikatnya, manusia merupakan pribadi atau
individu yang utuh, khas, dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu.[4]
Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat
manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai
kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan
hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat. Sifat dan
ciri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak disandang oleh manusia,
sehingga pada dasarnya sebagai pribadi atau individu yang utuh. Individu
berarti tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan, keberadaannya
sebagai makhluk yang tunggal yang khas.[5]
Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus itu
(Webster’s:743). Menurut kamus Echols dan Shadaly, individu adalah kata benda
dari individual yang berarti orang, perseorangan atau oknum (Echols, 1975:519)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibentuk
suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi
yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan
dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh guru, orang tua, dan
orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
B.
Karakteristik Individu
Ada dua
karakteristik utama dari individu manusia, yaitu:
1)
Manusia sebagai individu yang unik
Secara garis besar manusia terdiri atas dua
aspek, yaitu jasmani dan rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi meliputi tinggi
dan besar badan, panca indera yang terdiri dari penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, dan pencecapan; anggota badan, kondisi dan peredaran
darah, kondisi, dan aktivitas hormon dan lain-lain. Aspek rohani meliputi
kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat, motivasi, emosi dan
perasaan, watak, kemampuan social, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi,
peranan dan interaksi sosial dan lain-lain. [6]
Kesekian banyak aspek tersebut bervariasi pula
menurut kondisi, tahap dan hubungan dengan objek yang dihadapinya, sehingga
membentuk sekian banyak karakteristik individu. Tiap satu kesatuan
karakteristik yang khas memiliki keunikan sendiri-sendiri. Tiap individu adalah
unik sebab perpaduan antara cirri-ciri tersebut bukan membentuk suatu
penjumlahan tetapi suatu integritas atau kesatupaduan.
2)
Manusia berkembang dinamis
Individu
yang kita hadapi termasuk individu kita sendiri, selalu berada dalam proses
perkembangan. Perkembangan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya, baik
aspek jasmaniah maupun rohaniyah. Bagian terbesar dalam perkembangan manusia
berasal dari kecakapan dan keterampilan yang dimiliki manusia adalah berkat
usaha belajar, hanya sebagian kecil saja yang diperoleh karena instink. Manusia
mampu belajar dan juga memiliki kreatifitas dan dinamika. Sifat-sifat itulah
yang menyebabkan perkembangan manusia itu sukar diperkirakan dan diramalkan.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya.[7]
Bukti-bukti telah jelas bahwa seorang anak
(individu) tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan
sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berpikir, atau pembentukan
pengalaman harus dipelajari. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan
sifat kodrat manusia yang harus mendapat perhatian secara seksama. Mengingat
pentingnya makna pertumbuhan dan perkembangan ini, maka persoalan yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, secara singkat disajikan yaitu
bahwa istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan
kuantitatif mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan
untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan
aspek sosial.[8]
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia
mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi
mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di
luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya, seperti:
makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi. Dalam perkembangannya lebih
luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membutuhkan fungsi alat
berkomunikasi (bahasa) semakin penting. Ia membutuhkan teman, keamanan dan
seterusnya. Semakin besar anak, maka kebutuhan nonfisiknya semakin banyak.
Sudah barang tentu setiap manusia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan,
baik fisik maupun non fisik. Apabila dicermati maka kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan utama atau
primer dan kebutuhan kedua atau sekunder. Dengan kata lain, pertumbuhan fisik
senantiasa diikuti perkembangan aspek kejiwaan dan psikisnya.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau
karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari
pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan
yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor
social psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan
(heredity) dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor
terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan
dan lingkungan dengan cara sendiri-sendiri.[9]
C.
Perbedaan Individu
Manusia sebagai obyek
formal psikologi memang sangat beragam. Manusia yang satu berbeda dengan yang
lainnya, baik dalam hal berpikir, tingkah laku, sikap, perasaan, maupun
gerak-geriknya.[10]
Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang
amatlah kompleks dan heterogen, baik lingkungan alami maupun lingkungan yang
diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing
memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat
dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan
pembawaan dan lingkungan tempat mereka hidup dan dibesarkan.
Setiap individu memiliki ciri-ciri
yang khas, yang berbeda satu dengan lainnya. Walaupun secara sepintas seorang
individu menunjukkan persamaannya dengan individu-individu yang lain, tetapi
secara lebih mendetail dapat dikatakan hampir tidak ada dua individu yang
identik atau tepat sama. Perbedaannya hampir meliputi segenap aspek kehidupan
individu.[11]
Dua orang anak yang
dibesarkan di dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi yang berbeda
walaupun keduanya berasal dari satu keturunan. Hal itu disebabkan mereka
berinteraksi, bersosialisasi, dan mengintegrasikan diri dengan lingkungannya
yang sesuai dengan perbedaan kapasitas, kemampuan atau pembawaannya. Faktor
pembawaan dan lingkungan merupakan dua faktor yang membentuk kepribadian
seseorang. Oleh karena itu, kepribadian setiap individu akan berbeda-beda
sesuai dengan sifat badan dan kondisi lingkungan hidupnya. Boleh dikatakan
perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal, adalah segala hal yang
bersumber dari dalam dirinya, dan faktor eksternal, adalah segala hal yang
berasal dari luar dirinya.
Ada tiga aliran/ pendapat
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia sebagai individu, yaitu:
1.
Nativisme
Para ahli yang beraliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata
tergantung kepada faktor dasar/pembawaan (hereditas). Tokoh utama dari aliran ini adalah
Schopenhauere.
2.
Empirisme
Sedangkan para ahli dari golongan empirisme yang diprakarsai oleh John Locke, berpendapat bahwa
perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan.
3.
Konvergensi
Aliran yang nampak menengahi kedua
pendapat tersebut adalah aliran konvergensi dengan tokohnya William Sterm, aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu
sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut (nativisme dan konvergensi).[12]
Gary 1963 (Oxendine, 1984:
317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
1.
Perbedaan fisik: usia,
tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan
bertindak.
2.
Perbedaan sosial termasuk
status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3.
Perbedaan kepribadian
termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4.
Perbedaan intelegensi dan
kemampuan dasar.
5.
Perbedaan kecakapan atau
kepandaian di sekolah.[13]
Secara kodrati, manusia
memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan,
yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang
dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu
sikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya
berbeda-beda antara manusia satu dengan lainya.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pada hakikatnya, manusia merupkan pribadi atau
individu yang utuh, khas, dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu. Dalam
kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia
sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan
jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di
dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat.
2.
Setidaknya ada dua karakteristik utama dari
individu manusia, yaitu:
·
Manusia sebagai individu yang unik
·
Manusia berkembang dinamis
3.
Manusia sebagai obyek
formal psikologi memang sangat beragam. Manusia yang satu berbeda dengan yang
lainnya, baik dalam hal berpikir, tingkah laku, sikap, perasaan, maupun
gerak-geriknya.
4.
Ada tiga aliran/ pendapat
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia sebagai individu, yaitu:
·
Nativisme
(pembawaan)
·
Empirisme
(lingkungan)
·
Konvergensi
(perpaduan antara pembawaan dan lingkungan)
5.
Perbedaan-perbedaan
individu berpengaruh terhadap perilaku individu di rumah maupun di sekolah.
Gejala yang dapat diamati adalah bahwa seseorang menjadi lebih atau kurang
dalam bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain. Sebagian manusia lebih
mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti olah raga dan
keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin,2007,
Psikologi Pendidikan (Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena), Ar-Ruzz
Media Group: Jogjakarta.
Baharuddin,
dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media
Group: Jogjakarta.
Fatimah,
Enung, 2006, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik),
Pustaka Setia: Bandung.
Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/
Http://sosiologismadapareschool.blogspot.com/2009/01/pengertian-individu.html
Http://www.e-psikologi.com/remaja
Sukmadinata,
Nana Syaodih,2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Sunarto, dan Agung Hartono,1999,Perkembangan Peserta Didik,
Rineka Cipta: Jakarta.
Syah, Muhibbin, 2006, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
PT Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis, 2007, Kiat Membelajarkan Siswa, Gaung Persada
Pres: Jakarta.
[2] http://www.e-psikologi.com/remaja
[3] http://sosiologismadapareschool.blogspot.com/2009/01/pengertian-individu.html
[4] Enung Fatimah, 2006, Psikologi Perkembangan (Perkembangan
Peserta Didik), Pustaka Setia: Bandung. Hlm.13
[6] Nana Syaodih Sukmadinata,2007, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.Hlm. 36
[7] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan
Pembelajaran, Ar-Ruzz Media Group: Jogjakarta.Hlm.11
[10]Baharuddin,2007, Psikologi Pendidikan (Refleksi Teoritis Terhadap
Fenomena), Ar-Ruzz Media Group: Jogjakarta. Hlm.59
[11]Nana Syaodih Sukmadinata,2007, Landasan Psikologi Proses
Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.Hlm. 43
Tidak ada komentar:
Posting Komentar