Selamat Datang

Kami ucapkan terimakasih telah berkunjung di blog ini, semoga bisa bermanfaat dan memberi inspirasi bagi yang membacanya.

Minggu, 17 November 2013

karakteristik individu (Oleh: Abd. Azis Tata Pangarsa, M.Pd)

karakteristik individu

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak sebagai individu bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga, orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Guru sebagai pengembang pembelajaran harus mengenali karakteristik siswa yang berhubungan dengan keperluan pengembangan pembelajaran. Minat, bakat dan bahasa siswa harus menjadi acuan dalam menyampaikan materi pelajaran, tatkala guru menyampaikan materi ia harus tahu, apa minat dan bakat siswa.[1]Untuk itu seorang guru atau pendidik hendaknya memahami segala karakteristik dan perbedaan individu setiap siswanya, agar dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat bagi setiap siswanya tersebut.
Setiap individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.[2]

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian individu?
2.      Apa sajakah karakteristik individu?
3.      Apakah penyebab dan macam-macam perbedaan individu?
C. Tujuan
1.      Memahami pengertian individu.
2.      Mengenal karakteristik individu.
3.      Mengetahui penyebab dan macam-macam perbedaan individu.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Individu
Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. (1) Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama, (2) Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan, (3) Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera, (4) Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial yang sering disebut masyarakat.[3]
Pada hakikatnya, manusia merupakan pribadi atau individu yang utuh, khas, dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu.[4] Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat. Sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal yang secara mutlak disandang oleh manusia, sehingga pada dasarnya sebagai pribadi atau individu yang utuh. Individu berarti tidak dapat dibagi (undivided), tidak dapat dipisahkan, keberadaannya sebagai makhluk yang tunggal yang khas.[5] Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus itu (Webster’s:743). Menurut kamus Echols dan Shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan atau oknum (Echols, 1975:519)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak dibantu oleh guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.

B.     Karakteristik Individu
Ada dua karakteristik utama dari individu manusia, yaitu:
1)      Manusia sebagai individu yang unik
Secara garis besar manusia terdiri atas dua aspek, yaitu jasmani dan rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi meliputi tinggi dan besar badan, panca indera yang terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan; anggota badan, kondisi dan peredaran darah, kondisi, dan aktivitas hormon dan lain-lain. Aspek rohani meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat, motivasi, emosi dan perasaan, watak, kemampuan social, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, peranan dan interaksi sosial dan lain-lain. [6]
Kesekian banyak aspek tersebut bervariasi pula menurut kondisi, tahap dan hubungan dengan objek yang dihadapinya, sehingga membentuk sekian banyak karakteristik individu. Tiap satu kesatuan karakteristik yang khas memiliki keunikan sendiri-sendiri. Tiap individu adalah unik sebab perpaduan antara cirri-ciri tersebut bukan membentuk suatu penjumlahan tetapi suatu integritas atau kesatupaduan.
2)      Manusia berkembang dinamis
Individu yang kita hadapi termasuk individu kita sendiri, selalu berada dalam proses perkembangan. Perkembangan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniyah. Bagian terbesar dalam perkembangan manusia berasal dari kecakapan dan keterampilan yang dimiliki manusia adalah berkat usaha belajar, hanya sebagian kecil saja yang diperoleh karena instink. Manusia mampu belajar dan juga memiliki kreatifitas dan dinamika. Sifat-sifat itulah yang menyebabkan perkembangan manusia itu sukar diperkirakan dan diramalkan. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.[7]
Bukti-bukti telah jelas bahwa seorang anak (individu) tidak dilahirkan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan sendirinya pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, berpikir, atau pembentukan pengalaman harus dipelajari. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan sifat kodrat manusia yang harus mendapat perhatian secara seksama. Mengingat pentingnya makna pertumbuhan dan perkembangan ini, maka persoalan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, secara singkat disajikan yaitu bahwa istilah pertumbuhan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis dan istilah perkembangan digunakan untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan aspek sosial.[8]
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya, seperti: makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi. Dalam perkembangannya lebih luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membutuhkan fungsi alat berkomunikasi (bahasa) semakin penting. Ia membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak, maka kebutuhan nonfisiknya semakin banyak. Sudah barang tentu setiap manusia akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, baik fisik maupun non fisik. Apabila dicermati maka kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua atau sekunder. Dengan kata lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti perkembangan aspek kejiwaan dan psikisnya.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor social psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan cara sendiri-sendiri.[9]

C.    Perbedaan Individu
Manusia sebagai obyek formal psikologi memang sangat beragam. Manusia yang satu berbeda dengan yang lainnya, baik dalam hal berpikir, tingkah laku, sikap, perasaan, maupun gerak-geriknya.[10] Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang amatlah kompleks dan heterogen, baik lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak-anak dan remaja, masing-masing memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena itu, secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan pembawaan dan lingkungan tempat mereka hidup dan dibesarkan.
Setiap individu memiliki ciri-ciri yang khas, yang berbeda satu dengan lainnya. Walaupun secara sepintas seorang individu menunjukkan persamaannya dengan individu-individu yang lain, tetapi secara lebih mendetail dapat dikatakan hampir tidak ada dua individu yang identik atau tepat sama. Perbedaannya hampir meliputi segenap aspek kehidupan individu.[11]
Dua orang anak yang dibesarkan di dalam satu keluarga akan menunjukkan sifat pribadi yang berbeda walaupun keduanya berasal dari satu keturunan. Hal itu disebabkan mereka berinteraksi, bersosialisasi, dan mengintegrasikan diri dengan lingkungannya yang sesuai dengan perbedaan kapasitas, kemampuan atau pembawaannya. Faktor pembawaan dan lingkungan merupakan dua faktor yang membentuk kepribadian seseorang. Oleh karena itu, kepribadian setiap individu akan berbeda-beda sesuai dengan sifat badan dan kondisi lingkungan hidupnya. Boleh dikatakan perbedaan individu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu  faktor internal, adalah segala hal yang bersumber dari dalam dirinya, dan faktor eksternal, adalah segala hal yang berasal dari luar dirinya.
Ada tiga aliran/ pendapat mengenai faktor-faktor yang  mempengaruhi perkembangan manusia sebagai individu, yaitu:
1.      Nativisme
Para ahli yang beraliran nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata tergantung kepada faktor dasar/pembawaan (hereditas). Tokoh utama dari aliran ini adalah Schopenhauere.
2.      Empirisme
Sedangkan para ahli dari golongan empirisme yang diprakarsai oleh John Locke, berpendapat bahwa perkembangan individu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan.
3.      Konvergensi
Aliran yang nampak menengahi kedua pendapat tersebut adalah aliran konvergensi dengan tokohnya William Sterm, aliran ini berpendapat bahwa perkembangan individu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut (nativisme dan konvergensi).[12]
Gary 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
1.      Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2.      Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3.      Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4.      Perbedaan intelegensi dan kemampuan dasar.
5.      Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.[13]
Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berpikir, watak, perilakunya, dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan lainya.[14]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pada hakikatnya, manusia merupkan pribadi atau individu yang utuh, khas, dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk individu. Dalam kaitannya dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat.
2.      Setidaknya ada dua karakteristik utama dari individu manusia, yaitu:
·         Manusia sebagai individu yang unik
·         Manusia berkembang dinamis
3.      Manusia sebagai obyek formal psikologi memang sangat beragam. Manusia yang satu berbeda dengan yang lainnya, baik dalam hal berpikir, tingkah laku, sikap, perasaan, maupun gerak-geriknya.
4.      Ada tiga aliran/ pendapat mengenai faktor-faktor yang  mempengaruhi perkembangan manusia sebagai individu, yaitu:
·         Nativisme (pembawaan)
·         Empirisme (lingkungan)
·         Konvergensi (perpaduan antara pembawaan dan lingkungan)
5.      Perbedaan-perbedaan individu berpengaruh terhadap perilaku individu di rumah maupun di sekolah. Gejala yang dapat diamati adalah bahwa seseorang menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan orang lain. Sebagian manusia lebih mampu dalam bidang seni atau bidang ekspresi yang lain, seperti olah raga dan keterampilan, sebagian lagi dapat lebih mampu dalam bidang kognitif atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.


DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin,2007, Psikologi Pendidikan (Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena), Ar-Ruzz Media Group: Jogjakarta.
Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media Group: Jogjakarta.
Fatimah, Enung, 2006, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), Pustaka Setia: Bandung.
Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/
Http://sosiologismadapareschool.blogspot.com/2009/01/pengertian-individu.html
Http://www.e-psikologi.com/remaja
Sukmadinata, Nana Syaodih,2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sunarto, dan Agung Hartono,1999,Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta: Jakarta.
Syah, Muhibbin, 2006, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis, 2007, Kiat Membelajarkan Siswa, Gaung Persada Pres: Jakarta.










[1] Martinis Yamin, 2007, Kiat Membelajarkan Siswa, Gaung Persada Pres: Jakarta.Hlm.31
[2] http://www.e-psikologi.com/remaja
[3] http://sosiologismadapareschool.blogspot.com/2009/01/pengertian-individu.html
[4] Enung Fatimah, 2006, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), Pustaka Setia: Bandung. Hlm.13
[5] Sunarto dan Agung Hartono,1999, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta: Jakarta.Hlm.2
[6] Nana Syaodih Sukmadinata,2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.Hlm. 36
[7] Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media Group: Jogjakarta.Hlm.11
[8] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/
[9] Sunarto dan Agung Hartono,1999, Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta: Jakarta.Hlm.5
[10]Baharuddin,2007, Psikologi Pendidikan (Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena), Ar-Ruzz Media Group: Jogjakarta. Hlm.59
[11]Nana Syaodih Sukmadinata,2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.Hlm. 43
[12] Muhibbin Syah, 2006, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya.Hlm.46
[13] Sunarto dan Agung Hartono,1999,Perkembangan Peserta Didik, Rineka Cipta: Jakarta.Hlm.10
[14] Ibid.Hlm.11


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman