Selamat Datang

Kami ucapkan terimakasih telah berkunjung di blog ini, semoga bisa bermanfaat dan memberi inspirasi bagi yang membacanya.

Sabtu, 16 November 2013

Supervisi Akademik (Abd. Azis Tata Pangarsa, M.Pd)





PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjaga mutu proses pendidikan diperlukan adanya kontrol mutu (quality control) yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukung-nya. Peran seorang pengawas pendidikan ada empat macam yaitu sebagai: coordinator, consultant, group leader dan evaluator. Pengawas/ supervisor harus mampu mengkoordinasikan program-program sekolah/madrasah/, kelompok-kelompok, bahan, dan laporan-laporan yang berkaitan dengan sekolah/madrasah dan para guru. Pengawas juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah/madrasah, memberi arah pada pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf. Pengawas harus melayani kepala sekolah/madrasah dan guru, baik secara kelompok maupun individual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai pemimpin kelompok dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah/madrasah secara umum. Terakhir, supervisor juga harus melakukan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah/madrasah dan pembelajaran pada sekolah-sekolah/ madrasah-madrasah yang menjadi lingkup tugasnya. Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut pengawas tentu harus menguasai berbagai prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau program. Materi ini merupakan salah satu bahan yang ditujukan bagi supervisor untuk menguasai kompetensi tersebut. B. Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah yang diharapkan. Mengacu pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tanggal 28 maret 2007, tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berkenaan dengan Kompetensi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Pengawas Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) dalam Rumpun Mata Pelajaran yang Relevan (MIPA dan TIK, IPS, Bahasa, Olahraga Kesehatan, atau Seni Budaya). Untuk Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik dinyatakan bahwa pengawas harus memiliki kompetensi sebagai berikut: 1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran /bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 3. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. 4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata-mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 5. Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 6. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan atau di lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah menengah yang sejenis. 8. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaan yang relevan Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan akade¬mik yakni menilai dan membina guru dalam rangka memper¬tinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya, agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi akademik adalah guru dalam pro¬ses pembelajaran, yang terdiri dar materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu tujuan umum pengembangan Bahan Belajar Mandiri untuk kompetensi supervisi akademik ini adalah (1) menerapkan teknik dan metode supervisi akademik di sekolah, dan (2) Mengembangkan kemampuan dalam menilai dan membina guru untuk memper¬tinggi kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa. C. Ruang lingkup materi Supervisi Akademik 1. Pengertian 2. Prinsip-prinsip 3. Pendekatan 4. Metode-metode 5. Teknik-teknik 6. Pengembangan Instrumen   D. Skenario Kegiatan Belajar Keterangan: = Perkiraan alokasi waktu • Perkiraan alokasi waktu digunakan untuk setiap masalah dan sifatnya amat kondisional. Jika dirasa sudah dipahami, maka dilanjutkan ke masalah selanjutnya. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SUPERVISI AKADEMIK A. Pengantar Para pengawas pasti menyadari bahwa tugas mereka cukup berat, dan ketrampilan yang dibutuhkan cukup kompleks. Bidang pengawasan instruksional dihadapkan pada kebutuhan yang amat penting dalam membantu guru agar dapat berkembang dengan pesat dalam pengelolaan kelas. Kompleksitas sekolah memaksa begitu banyak cara harus disiapkan guru dalam proses pembelajaran. Salah satu ketrampilan yang diperlukan oleh seorang pengawas untuk membantu guru dalam proses pembelajaran adalah penguasaan tentang supervisi.Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan pengawas terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. B. Intisari Materi 1. Pengertian 2. Prinsip-prinsip 3. Pendekatan 4. Metode-metode 5. Teknik-teknik 1. Pengertian Supervisi Akademik Ketrampilan utama dari seorang pengawas adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas diharapkan dapat melakukan pengawasan akademik yang didasarkan pada metode dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru. Glickman (1981), mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengem- bangkan kemampuan profesionalismenya. 2. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik. Prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah, yaitu sebagai berikut. a. Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. b. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang. c. Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis, aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Karena itu, program supervisi akademik sebaiknya direncana- kan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor. d. Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan. e. Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. f. Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah untuk mencari kesalahan-kesalahan guru, melainkan untuk mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi. g. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru 3. Pendekatan Supervisi akademik Menurut Sahertian (Sahertian, 2000:44-52). pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, ada 3, yaitu: a. Pendekatan Langsung (Direktif) Pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu pengaruh perilaku supervisor lebih dominan. Oleh karena guru ini mengalami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi. Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor adalah: menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur, dan menguatkan. b. Pendekatan Tidak Langsung (Non-direktif) Pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya supervisor mencoba mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi penguatan, menjelaskan, menyajikan, dan memecahkan masalah c. Pendekatan Kolaboratif Yang dimaksud dengan pendekata koplaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non–direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pada dua arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai berikut: menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negosiasi. 4. Metode Supervisi Akademik. Terdapat dua metode supervisi akademik yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelemahan. Metode supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Metode supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. 5. Teknik Supervisi Akademik. Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kuriku- lum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. a. Teknik Supervisi Individual Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu. 1) Kunjungan Kelas Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri. 2) Observasi Kelas Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah: a. usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran b. cara penggunaan media Pembelajaran c. reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar d. keadaan media Pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya. 3) Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengem- bangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi. 4) Kunjungan Antar Kelas Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya. 5) Menilai Diri Sendiri Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri. b. Teknik Supervisi Kelompok Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut. 1. Kepanitiaan-kepanitiaan 2. Kerja kelompok 3. Laboratorium kurikulum 4. Baca terpimpin 5. Demonstrasi pembelajaran 6. Darmawisata 7. Kuliah/studi 8. Diskusi panel 9. Perpustakaan jabatan 10. Organisasi profesional 11. Buletin supervisi 12. Pertemuan guru 13. Lokakarya atau konferensi kelompok Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena sudah banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun di antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolahdan pengawas adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah dan pengawas harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas , selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik.   C. Contoh Kasus. D. Latihan. Diskusikan LKPS No 07, bagaimana anda membina (coaching) guru dengan menggunakan pendekatan yang tepat seperti dijelaskan diatas. E. Rangkuman 1. Pengertian supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran 2. Prinsip-prinsip Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Dilakukan secara berkesinambungan, demokratis, komprihensif, konstruktif, dan integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru 3. Pendekatan supervise akademik ada 3, yaitu : Langsung (directive approach), Tidak langsung (non directive approach), dan kolaboratif (collaborative approach) 4. Metode-metode Dalam supervisi akademik dikenal ada dua metode yaitu metode individu dan kelompok. Metode supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Metode supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih yang mempunyai permasalahan yang sama dalam satu kelompok. 5. Teknik-teknik Teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. Teknik kelompok ada 13 jenis, yaitu : kepanitiaan-kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium kurikulum, baca terpimpin, demonstrasi pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan jabatan, organisasi profesional, buletin supervisi, pertemuan guru, dan lokakarya atau konferensi kelompok. F. Refleksi. KEGIATAN PEMBELAJARAN II PROSES DAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN SUPERVISI AKADEMIK A. Pengantar. Pada kegiatan pembelajaran I telah ditegaskan bahwa esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan bagaimana membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses supervisi pembelajaran. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran. B. Proses dan Pengembangan Instrumen Supervisi Akademik 1. Proses Supervisi Akademik Proses supervisi akademik dapat digambarkan sebagai berikut: Langkah I Pertemuan Pra-pengamatan. Pengawas berusaha untuk menjelaskan pada guru kegiatan spesifik di kelas. Berunding dengan guru untuk membangun saling pengertian dan kemudahan komunikasi, sehinga kunjungannya dapat diterima dan tidak menakutkan. Ia dapat mendiskusikan dan memutuskan hal-hal yang akan disupervisi, mulai dari metode, pengelolaan kelas sampai dengan evaluasi pembelajaran Langkah-II Pengamatan. Setelah melakukan pertemuan sebelumnya serta berdiskusi dengan guru, pengawas harus memutuskan hal-hal yang harus diamati dari kejadian-kejadian yang ada, misalnya: a. Apakah guru secara konsisten mendominasi kelas sepanjang waktu? b. Apakah ia melibatkan kelas dalam proses? c. Seberapa banyak ia menggunakan papan tulis? d. Apakah metodenya efektif? e. Apakah tayangan dalam alat bantu audio visual dan alat bantu pembelajaran lainnya relevan dengan materi ajar? f. Seberapa banyak pembelajaran nyata terjadi di dalam kelas? Selama pengamatan, pengawas mencatat butir petunjuk konstruktif dan positif, yang nantinya akan didiskusikan dengan guru. Langkah-III Analisis hasil pengamatan Pengawas membuat analisis yang menyeluruh/komprehensif pada data supervisi untuk menafsirkan hasil pengamatannya. Berdasarkan analisisnya, maka pengawas kemudian mengidentifikasi perilaku pembelajaran yang positif, yang harus dipelihara dan perilaku negatif yang harus dirubah, agar dapat menyelesaikan/menanggulangi masalah. Langkah-IV Pertemuan setelah pengamatan Data yang telah dianalisis ditunjukkan pada guru. Umpan balik diberikan sedemikian sehingga guru dapat memahami temuan, mengubah perilaku yang teridentifikasi dan mempraktekkan panduan yang diberikan. Penerimaan dan internalisasi merupakan capaian terbaik. Hal ini terjadi apabila hubungan antara guru dengan pengawas dapat digolongkan ke dalam sifat kooperatif dan kolegalitas yang tidak mengancam. Dari umpan balik pengawas dan dukungan pada guru, maka dapat ditentukan bersama: a. Perilaku positif pembelajaran yang harus dipelihara. b. Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan. c. Kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali metode yang pernah dilakukan. Langkah-V Evaluasi Hasil Dari umpan balik pengawas dan dukungan pada guru, maka dapat ditentukan bersama: 1. Perilaku positif pembelajaran yang harus dipelihara. 2. Strategi-strategi alternatif untuk mencapai perubahan yang diinginkan. 3. Kelayakan/kepantasan dari menggunakan kembali metode yang pernah dilakukan. 2. Pengembangan Instrumen Supervisi Akademik Menurut Asrori (2002: 43-44) ada lima langkah utama dalam melakukan supervisi akademik, yaitu: a. Menetapkan tolok ukur, yaitu menentukan pedoman yang digunakan. b. Mengadakan penilaian, yaitu dengan cara memeriksa hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai. c. Membandingkan antara hasi penilaian pekerjaan dengan yang seharusnya dicapai sesuai dengan tolok ukur yang teah ditetapkan. d. Menginventarisasi penyimpangan dan atau pemborosan yang terjadi (bila ada). e. Melakukan tindakan korektif, yaitu mengusahakan agar yang direncanakan dapat menjadi kenyataan. Berdasarkan langkah-langkah dalam melaksanakan pengawasan tersebut, secara implisit terkandung langkah penyusunan instrumen atau alat pengumpulan data. Semakin baik instrumen yang digunakan maka akan semakin valid data pengawasan sekolah yang terkumpul. Sebaliknya bila instrumen pengumpulan data yang digunakan berkualitas rendah maka data yang terkumpul tidak akan menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Instrumen dapat diibaratkan sebagai alat pendiagnosa penyimpangan pelaksanaan. Melalui instrumen pengawasan akan terdeteksi di mana letak penyimpangan pelaksanaan kegiatan di suatu sekolah. Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1) dengan mengembangkan sendiri; dan (2) dengan cara menyadur (adaptation). Menurut Arikunto (1988: 48-52), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah adalah sebagai berikut: a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Contoh: Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar dengan modul. b. Membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. Contoh: Untuk mengumpulkan data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan dokumen. c. Membuat butir-butir instrumen Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai pekerjaannya, mereka menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah tahu bahwa langkah awal adalah membuat kisi-kisi yang menuntut kejelian yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau banyak di antara pengawas yang merasa kesulitan. d. Menyunting instrumen Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka penilai atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang dilakukan dalam tahap-tahap ini adalah: 1) Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau pengawas untuk mempermudah pengolahan data. 2) Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya. 3) Membuat pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada orang lain. 3. Model Instrumen Pengawasan Dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa instrumen yang dapat dikembangkan atau digunakan oleh pengawas sekolah dalam upaya membantu menjalankan tugasnya. a. Pedoman Observasi Bagi kelancaran dan keefektivan obeservasi, supervisor hendaknya memiliki suatu pedoman observasi yang harus direncanakan sebelum observasi dilaksanakan. Karena observasi di sini sebagai teknik pengawasan, maka supervisor harus menetapkan: a. Apa yang harus diobservasi atau diawasi. b. Kriteria-kriteria yang dijadikan tolak ukur pertimbanga pengawasannya; dan sebagainya Untuk memudahkan pengolahan data, maka sebaiknya pedoman observasi menggunakan skala penilaian, antara laian : Skala angka (numerical scale), skala grafik (graphic scale), skala grafik deskriptif (descriptive graphic scale) atau kartu nilai (score card) Contoh: Skala angka No Pernyataan Skala Penilaian 1 Pertanyaan diucapkan dengan jelas 5 4 3 2 1 2 Pertanyaan ditujuakan kepada semua murid 5 4 3 2 1 3 Ada tenggang waktu antara pertanyaan dan jawaban murid 5 4 3 2 1 4 Pertanyaan didistribusikan kepada tiap murid 5 4 3 2 1 5 Pertanyaan membimbing ke arah berpikir kreatif 5 4 3 2 1 Contoh Skala grafif No Aspek yang Diawasi A B C D E 1 Apakah guru merumus-kan tujuan instruksional secara khusus? 2 Apakah murid-murid aktif dalam belajar? 3 Apakah murid-murid menun- jukkan kreativitas dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dalam belajar? 4 Apakah guru terampil dalam mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar? 5 Apakah dalam proses penga- jaran dipergunakan cukup alat (media) pelajaran? 6 Apakah guru memahami dan membantu murid yang menga lami kesulitan dalam belajar? Keterangan: A= Amat Baik, B= Baik, C=Cukup, D=Kurang, E=Kurang sekali Contoh Skala grafik deskriptif. 1. Sejauh mana guru berpartisipasi dalam rapat supervisi ini? a. Tak pernah berpartisipasi; diam, pasif. b. Berpartisipasi seperti peserta lainnya c. Berpartisipasi lebih dari yang lain Ulasan: ................................................................................... 2. Sejauh mana tanggapan-tanggapan guru berhubungan dengan dengan topik yang sedang didiskusikan? a. Tanggapannya menyimpang dari topik b. Tanggapan kadang-kadang membingungkan c. Tanggapan selalu dikaitkan dengan topik Ulasan:......................................................................... Contoh Kartu Nilai No Aspek Pengawasan NILAI Ditetapkan Dicapai 1 Perumusan tujuan 20 a. Guru 5 b. Murid-murid 15 2 Kecakapan dan teknik 30 a. Keadaan fisik kelas 5 b. Teknik mengajar 25 3 Kemajuan Kelas 30 a. Sikap dan kebia- saan 10 b. Pengetahuan dan penguasaan 15 c. Keterampilan 5 4 Kerja sama 10 a. Profesional 5 b. Pribadi 5 5 Pendidikan dan perkembangan profesional 10 a. Pendidikan 5 b. Perkembangan profesional 5 Jumlah 100 b. Pedoman wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview giude (panduan wawancara). Teknik wawancara dapat pula digunakan untuk kegiatan pengawasan sekolah yang biasa dilakukan oleh supervisor. Bagi kelancaran dan keefektivan proses suatu wawancara, maka supervisor perlu mempersiapkan suatu pedoman wawancara Contoh: PEDOMAN WAWANCARA PEMBELAJARAN IPS Berapa lama Bapak/Ibu Guru mengajar IPS di kelas ini? .............................................................................................................................. ………………………………………………………………………………….. Berapa jumlah siswa yang belajar IPS di kelas Bapak/Ibu? Laki-laki:........................Orang Perempuan: ............................... Orang Topik-topik apa saja yang dapat diselesaikan dalam pembelajaran IPS di kelas Bapak/Ibu? .............................................................................................................................. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengembangkan silabus IPS sebelum mengajar IPS di kelas? .............................................................................................................................. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengembangkan RPP IPS sebelum mengajar di kelas? .............................................................................................................................. Kesulitan apa saja yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan pembelajaran IPS di kelas? .............................................................................................................................. Dan seterusnya. c. Angket Sebuah kuesioner atau angket terdiri dari suatu daftar pertanyaan untuk dijawab oleh sejumlah orang secara tertulis. Pada umumnya kuesioner atau angket dimaksudkan sebagai untuk mengetaghui pendapat (opinion) atau sikap (attitude) orang-orang terhadap suatu masalah. Teknik ini dipergunakan untuk mengumpulkan sejumlah besar informasi dalam waktu yang singkat dan merupakan suatu rangkuman objektif mengenai data yang dikumpulkan. Masalah memperoleh respons (jawaban-jawaban) yang diharapkan, pada hakekatnya tergantung pada tipe-tipe angket atau kuesioner yang disusun. Contoh: No Pertanyaan Jawaban SL SR Kd Jr Tp Bila memimpin guru-guru, apakah Anda: 1 Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada guru-guru untuk melakukan pekerjaannya? 2 Mengarahkan guru-guru mempergunakan prosedu-prosedur secara uniform? 3 Memperkenalkan guru-guru mempergu-nakan pertimbangan-pertimbangan sen-diri dalam memecahkan masalah? 4 Dst 5 d. Daftar cek/kendali (checklist) Daftar kendali merupakan suatu instrumen untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi situasi nyata dari suatu aktivitas/situasi yang terjadi didalam kelas atau di sekolah. Hasil ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan oleh seorang pengawas, seperti rencana pembelajaran bagi guru. C. Contoh Kasus Ibu Ani adalah seorang guru IPA sudah berpengalaman mengajar di sekolah tersebut selama 10 tahun. Pada hari Senin dia mengajar pada jam pelajaran ke 1 dan 2. Jumlah siswa di kelas tersebut sebanyak 40 orang. Pada kelas tersebut Bu Ani melaksanakan pembelajaran sebagai berikut: 1. Setelah para siswa berdoa bu Ani membicarakan masalah PR yang dia berikan seminggu sebelumnya. 2. Kemudian dia menyampaikan bahwa dia akan mengajar materi X dan langsung menyuruh para siswa untuk membuka buku paket halaman sekian dan membaca materi tersebut sekitar 15 menit. 3. Setelah itu dia menerangkan materi tersebut dengan panjang lebar sekitar 50 menit. 4. Para siswa dilarang untuk bertanya selama dia menerangkan, dan seluruh siswa diam seribu bahasa sebab kalau ada yang berisik dia akan marah-marah. 5. Setelah selesai ‘mengajar’ seluruh siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada buku paket sebanyak 5 buah soal, dari 15 soal yang ada selama 10 menit karena waktu tidak akan mencukupi. 6. Kegiatan dilanjutkan dengan mengecek jawaban siswa secara bergiliran. “Rudi, apa jawabanmu untuk soal nomor 1?” Rudi menjawab pertanyaan no. 1 dengan benar dan guru mengatakan: “Bagus! Jawabanmu benar.” “Sekarang Tina jawab nomor 2.” Jawaban Tina salah dan Bu Ani menyuruh siswa lain untuk menemukan jawaban yang benar. Setelah itu ada siswa lain, Hilman, yang menjawab benar. “Nah itu baru benar.” Kegiatan seperti ini dilanjutkan hingga nomor 5 selesai. 7. Bel akhir pelajaran berbunyi. Bu Ani memberikan PR untuk mengerjakan soal-soal selebihnya yang terdapat pada buku paket. Berdasarkan fakta di atas, diskusikan dalam kelompok dengan perhatian terfokus pada: 1. pentahapan KBM: Kegiatan Pendahuluan, Inti (eksplorasi, elaborasi, konfirmasi) dan Penutup. 2. metode pembelajaran 3. ketercapaian kompetensi siswa 4. manajemen kelas: pemanfaatan waktu, pembagian kelompok, membangun siswa yang kritis, kreatif, dan memiliki Higher Order Thinking Skills (HOTS), Kecakapan Berpikir Tingkat Tinggi. 5. penilaian hasil belajar D. Latihan Diskusikan dengan kelompok, dan susunlah instrumen supervisi akademik berupa lembar observasi yang cocok digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran pada contoh kasus diatas (Bu Ani) E. Rangkuman 1. Proses supervisi akademik terdiri langkah-langkah sebagai berikut: (a) pertemuan pra pengamatan, (b) pengamatan proses pembelajaran di kelas, (c) analisis hasil pengamatan, (d) pertemuan setelah pengamatan, dan (e) evaluasi hasil 2. Instrumen supervisi akademik bisa dikembangkan sendiri atau mengadaptasi dari instrument yang sudah ada. 3. Langkah-langkah pengembangan instrument supervisi akademik yaitu: (a) merumuskan tujuan, (b) mengembangkan kisi-kisi, (c) menyusun butir instrument, dan (d) menyunting 4. Beberapa model instrumen yang bisa digunakan dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu: (a) Pedoman observasi, (b) panduan wawancara, (c) angket/kuesioner, dan (d) daftar ceklis 5. Skala penilaian yang bisa dipakai dalam pengembangan instrumen supervisi akademik, yaitu: (a) skala angka, (b) skala grafik, (c) skala grafik deskriptif, dan (d) kartu nilai F. Refleksi DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S, (2002), Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S,(1988), Penilaian Program Pendidikan, Jakarta, Depdikbud Asrori, (2002). Sistem Pengawasan Terhadap Invantarisasi Prasarana dan Sarana Pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Bandung. Tesis pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan Glickman, C. D. (1981). Developmental supervision : Altenative practices for helping teachers. New York: Holt, Rinehart and Winston. Glickman, C. D. (1990). Supervision of instruction: A developmet approach (2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon. Gwynn, J.M. 1961. Theory and Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Sahertian, Piet, (2000), Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta , Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman