Selamat Datang

Kami ucapkan terimakasih telah berkunjung di blog ini, semoga bisa bermanfaat dan memberi inspirasi bagi yang membacanya.

Jumat, 25 April 2014

Pendidikan Agama dalam Keluarga



Pendidikan Agama dalam Keluarga

Dalam Islam ada konsep keluarga sakinah yakni keluarga yang tenteram di mana suami-istri dituntut menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmoni antara kebutuhan fisik dan psikis. Yang dimaksud psikis adalah menjadikan keluarga sebagai basis pendidikan sekaligus penghayatan agama anggota keluarga.
Dalam kaitannya dengan pendidikan, sebenarnya amat sempit bila pendidikan agama diletakkan dalam pendidikan formal (sekolah), sebab pendidikan formal dibatasi ruang, waktu, kurikulum, target nilai, jenjang, terlebih ada intervensi sistem pendidikan dari luar lembaga pendidikan.
Sedang pendidikan agama adalah lebih sakral dan bersifat sepanjang hidup, yang di dalamnya mencapai target matang (mature) bukan sekadar kaffah (kuantitatif) atau relegiusitas, tetapi kedalaman spiritualitas (haqqa tuqatihi). Oleh karena keberagamaan seseorang bersifat spiritualitas, maka menjadi amat privat. Pengetahuan yang sama tentang agama antarseseorang belum tentu sama dalam ketakwaan. Di sinilah pendidikan agama menjadi penting diletakkan dalam wilayah yang tidak disekat sistem. Penghayatannya harus paduan antara pengetahuan dan pengalaman. Karena keluarga sebagai basis interaksi secara utuh dalam keseharian seseorang, maka amat tepat pendidikan agama dipercayakan kepada keluarga.
Aktivitas ritual agama dalam konteks ke-umatan di Indonesia menunjukkan gairah luar biasa; demikian juga penggunaan agama dalam konteks kehidupan berbangsa, acapkali agama bisa menjadikan inspirasi bahkan legitimasi positif bagi sebuah program pemerintah. Namun di sisi lain, agama juga menanggung beban berat saat ia ditempatkan sebagai alat propaganda. Pada posisi seperti ini agama sebagai obyek penderita segala kepentingan.
Dalam konteks Islam sekarang, terjadi reduksi terhadap nilai-nilai agama sehingga sebagai pedoman untuk setiap umat dan zaman, agama terkesan tidak mengenal pluralitas. Kenapa terjadi ? Pertama, kuatnya belenggu dogma agama dan tradisi keberagamaan. Secara tidak sadar telah terjadi berbagai pemahaman yang distortif mengenai ajaran dan fungsi agama, sehingga tidak bisa membedakan mana dogma dan mana pemikiran terhadap dogma. Akibatnya, agama menjadi kering dan kaku, bahkan tidak jarang menjadi penghalang bagi kemajuan dan upaya penegakan nilai kemanusiaan. Dalam upaya mengembalikan fungsi dan ajaran agama, maka diperlukan rekonstruksi pemahaman keagamaan.
Kedua, telah terjadi reduksi nilai universalitas agama oleh agamawan, dengan model tafsir tunggal kebenaran. Para agamawan kebanyakan melakukan hermeunetisasi dogma agama dilandasi kepentingan aliran yang dianutnya. Kita ketahui ormas keagamaan dalam menjalankan gerakannya mau tidak mau berinteraksi dengan kekuatan lain. Dalam konteks interdependensi inilah sebuah lembaga melakukan manifestasi eksistensi kelompoknya, termasuk dengan kelompok seagamanya namun beda aliran.
Yang mengkhawatirkan dari reduksi universalitas agama mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung sempit dan mewujudkan angan-angan tersendiri bagi pengikutnya bisa dalam bentuk fanatisme sempit yang tidak rasional; bahkan menimbulkan ketakutan terhadap agama atau kelompok lain. Munculnya kecemasan yang berdimensi agama bisa diindikasikan kuatnya faktor ini.
Ketiga, selama ini telah terjadi politisasi agama, sensitivitas agama pada umat menjadi situasi di bawah sadar, pluralitas seakan menjadi barang haram bagi sebagian orang. Runyamnya, "angan-angan ketakutan ini" mewujud dalam intervensi di berbagai sektor. Bahkan, menyampingkan hal-hal problem substansial yang ada. Pembebasan pendidikan agama dari ruang sempit harus dimulai dari wilayah yang paling basis yakni keluarga; meletakkan pendidikan agama dalam keluarga sesungguhnya bukan menyekat tetapi meletakkannya sebebas mungkin. Sebaliknya, ia menjadi terkungkung manakala dikurung sistem, aturan, kurikulum, modul, jenjang, dan hasil matematis yang dibanggakan dalam angka di buku rapor yang diterima murid per semester.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman