Selamat Datang

Kami ucapkan terimakasih telah berkunjung di blog ini, semoga bisa bermanfaat dan memberi inspirasi bagi yang membacanya.

Kamis, 23 Oktober 2014



Pengembangan Kurikulum Terpadu dengan Pendekatan Moral Values of Islamic History
Oleh: Abd. Azis Tata Pangarsa, M.Pd[1]


A.    Latar Belakang
Permasalahan tentang kurikulum tidak hanya persoalan guru dan tenaga kependidikan lainnya saja, akan tetapi merupakan persoalan seluruh masyarakat.  Hal ini dapat dibuktikan, setiap terjadi perubahan kurikulum, maka komentar-komentar tentang perubahan tersebut bukan hanya datang dari kalangan guru dan tenaga kependidikan lainnya saja, akan tetapi juga dari kalangan masyarakat luas. Hal ini memang wajar, sebab kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, sehingga pemberlakuan suatu  kurikulum dalam dunia pendidikan akan berdampak luas bagi masyarakat.
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar perumusan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok pengetahuan.[2]
Sementara itu, paradigma pendidikan yang selama ini diterapkan, menyebabkan proses dan materi pendidikan lebih mengutamakan pengembangan intelektual, yang bertujuan membentuk manusia yang mampu bersaing di dunia global, namun pembentukan manusia kompetitif tidak sekaligus membentuk manusia yang berkarakter. Pembelajaran terpadu dilaksanakan pada jenjang pendidikan tingkat dasar, sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajajaran. Dengan adanya pemaduan ini, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu, siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antara konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.[3]

B.     Pengembangan Kurikulum Terpadu
1.      Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.[4] Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini, tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya.
Sementara itu Unruh mengatakan bahwa proses pengembangan  kurikulum adalah:
a complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural, social, and personal needs that the curriculum is to serve.[5]

Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan kegiatan.
Proses pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan asumsi-asumsi filosofis yakni sistem nilai  (value system) atau pandangan hidup suatu kelompok masyarakat. Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya ditentukan tentang hakekat pengetahuan, sosio-cultural, hakekat anak didik dan teori-teori belajar. Berdasarkan landasan tersebut disusun komponen-komponen kurikulum yang menyangkut tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus, isi atau materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi.
2.      Definisi Kurikulum Terpadu
Menurut Humphreys, kurikulum terpadu adalah sebuah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Ia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, seni. Keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi.[6]
Dalam kurikulum terpadu, menurut Dressel, pengalaman pembelajaran yang telah direncanakan tidak hanya membekali siswa dengan pandangan terpadu mengenai pengetahuan umum (melalui pembelajaran model sistem, dan struktur kebudayaan), tetapi juga memotivasi dan mengembangkan kekuatan siswa untuk memahami hubungan baru dan menciptakan model, sistem, dan struktur baru.[7]
Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut kurikulum terpadu yaitu kurikulum interdisipliner. Kurikulum interdisipliner didefinisikan sebagai organisasi kurikulum yang melintasi batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang komprehensif atau studi luas yang menggabungkan berbagai segmen kurikulum ke dalam asosiasi yang bermakna. Seperti yang dikemukakan oleh Everest yang dikutip oleh Trianto, bahwasanya kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah objek aktif. Sebab, dengan cara itulah siswa menemukan mata pelajaran yang digabungkan dengan dunia nyata dalam satu aktivitas.[8]
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada dasarnya mendukung bahwa kurikulum terpadu adalah pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa menghadapi pembelajaran seumur hidup (long life education). Dengan demikian, ungkap Trianto, secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdispliner mencakup tujuh elemen, yaitu; kombinasi mata pelajaran, penekanan pada proyek, sumber di luar buku teks, keterkaitan antar konsep, unit-unit tematik sebagai prinsip organisasi, jadwal yang fleksibel, dan pengelompokkan siswa yang fleksibel.[9]
C. Moral Values of  Islamic History (baca: Nilai-nilai Moral Sejarah Islam)
1. Pengertian Moral Values of Islamic History
“Moral values are the principles and standards which determine whether an action is right or wrong”[10], yang artinya nilai-nilai moral adalah prinsip-prinsip dan standar yang menentukan apakah suatu tindakan benar atau salah.
Tiga komponen penting dari karakter moral yang baik yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling adalah perasaan tentang moral dan moral action atau perilaku dan perbuatan bermoral. moral knowing terdiri dari enam hal pokok yang seharusnya diajarkan yaitu:[11](1) adanya kesadaran moral, (2) mengetahui nilai-nilai moral, (3) perspective taking, (4) penalaran moral, (5) pengambilan keputusan dan (6.) pemahaman diri sendiri. Sementara moral feeling atau perasaan moral merupakan sumber kekuatan untuk selalu bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral.
 Dalam kaitan dengan perasaan moral ini juga terdapat enam hal yang perlu ditanamkan kepada anak sesuai dengan tahapan perkembangannya yaitu : (1) penajaman hati nurani, (2) penguatan rasa percaya diri, (3) peningkatan empathy atau pelatihan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, (4) mencintai kebenaran, (5) kemampuan untuk dapat terus menerus mengontrol diri dan (6) upaya untuk mengasah kerendahan hati. Moral action adalah perilaku yang didasari pertimbangan moral, perilaku moral adalah pengejawantahan dari pengetahuan tentang moral yang termanifestasi dalam tindakan atau perilaku nyata.
Pendidikan karakter yang dikembangkan melalui jalur pendidikan akan melingkupi pengetahuan, sikap dan perilaku terkait dengan nilai nilai moral (moral knowing, moral feeling, dan moral doing). Nilai yang perlu dikembangkan memalui pendidikan formal di sekolah terdiri dari 18 yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggungjawab.[12]
Sedangkan, Islamic History atau Sejarah Islam adalah sejarah agama Islam mulai turunnya wahyu pertama pada tahun 622 yang diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi sampai dengan sekarang.[13] Jadi kesimpulannya Moral Values of  Islamic History, adalah suatu pendekatan yang menggali nilai-nilai moral yang terdapat pada sejarah Islam untuk diinternalisasikan dalam kegiatan pembelajaran terpadu, yang bertujuan untuk membentuk manusia (siswa) yang bermoral, berakhlakul karimah dan menghargai perbedaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Hubungan Aktivitas Pembelajaran Terpadu dengan Moral Values of Islamic History
Sejarah Islam dalam penelitian kami ini akan menjadikan nilai lebih dari aktivitas pembelajaran terpadu, dikarenakan setiap materi pembelajaran secara terpadu, secara langsung maupun tidak langsung akan diselipi tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam sejarah Islam. Sehingga diharapkan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna, mulai dari pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengalaman siswa untuk mengerti dan memahami dunia kehidupannya.
Cara pengemasan pengalaman belajar yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi lain yang relevan akan membentuk skemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.[14]





D. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum Terpadu  dengan Pendekatan Moral  Values of Islamic History
Adapun tahapan pengembangan kurikulum yang dilakukan, adalah seperti pada bagan di bawah ini;










Menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI/KD )kelas IV pada buku siswa
 






 
















Gambar: Bagan alur Pengembangan Kurikulum Terpadu dengan Pendekatan Moral Values of Islamic History


E.       Analisis Pentingnya Pengembangan Kurikulum Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai bentuk implementasi implementasi kurikulum terpadu pada anak usia dini dalam hal ini siswa Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) kelas I sampai kelas VI didasarkan pada keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Istilah terpadu pada pembelajaran terpadu atau integrated adalah”………repositioning of earning experiences into meaningful contexs”[15], maksudnya bahwa pembelajaran terpadu menekankan pengalaman belajar dalam konteks yang bermakna. Pembelajaran dalam hal ini bertolak dari tema-tema. Selain itu pembelajaran terpadu didefinisikan juga sebagai, suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada anak.[16]
Implementasi pengembangan kurikulum terpadu dalam pembelajaran terpadu dengan guru menyelipkan tentang sejarah Islam yang relevan dan sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan kemudian siswa diberi tugas untuk menyimpulkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam sejarah Islam sebagai sebuah solusi alternatif yang ditawarkan dalam tulisan  ini, dalam upaya mengatasi problematika pendidikan di Indonesia, khususnya problematika pada yang terjadi pada siswa di tingkat pendidikan dasar yaitu di SD/MI,  dengan didasari beberapa  alasan  bahwasanya pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD/MI adalah sebagai berikut:[17]
a)      Pendidikan di SD/MI harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD/MI melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
b)      Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga harus mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.
F.     Pengembangan Kurikulum Terpadu Dengan Pendekatan Moral Values of  Islamic History
Moral Values of Islamic History (baca: Nilai-nilai Moral Sejarah Islam) sangat penting untuk disampaikan kepada siswa, khususnya siswa yang belajar di madrasah. Sementara itu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Ibtidaiyah, materi yang diajarkan memiliki keterbatasan, sehingga sudah semestinya sejarah Islam yang sesuai dan relevan dapat dimasukkan ke dalam kurikulum terpadu yang dapat dijadikan nilai tambah dari materi yang diajarkan oleh guru secara lintas interdisipliner dalam pembelajaran terpadu. Pada dasarnya, pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran untuk implementasi kurikulum terpadu (integrated curriculum approach).[18] Khaeruddin, juga menyatakan hal yang sama, bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran berdasarkan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi siswa.[19]
Disamping itu dari sisi guru, sudah selayaknya profesi sebagai seorang pendidik membutuhkan kompetensi yang terintegrasi baik secara intelektual-akademik, social history, pedagogis, dan profesionalitas yang kesemuanya berlandaskan pada sebuah kepribadian yang utuh pula, sehingga dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik senantiasa dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif, inovatif, dan relevan, dalam hal ini penulis menawarkan konsep pengembangan kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History, yang didasari bahwasanya aktivitas pembelajaran di SD/MI selama enam tahun, sebagai upaya penanaman doktrin moral, disiplin, perilaku, dasar berhitung, budaya membaca, nasionalisme, dan juga yang tak kalah penting yang wajib diketahui dan dipahami oleh siswa adalah pengetahuan nilai-nilai moral yang dapat diambil dari sejarah Islam.
Berdasarkan salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah kelas IV terdapat pada kolom satu dan kolom dua yaitu tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI/KD). Adapun pengembangan kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History, ada pada tabel pada kolom ke tiga dan kolom empat.(Lihat Lampiran 2).

G.     Kesimpulan
Ada pun kesimpulan jurnal ini adalah:
1.      Dalam mengembangkan kurikulum terpadu, guru sebagai pengembang kurikulum perlu menjalankan peran evaluatif dan peran kritisnya dalam menentukan muatan kurikulum dianggap layak untuk dipelajari oleh siswa. Oleh sebab itu menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu langkah penting dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
2.      Konsep pengembangan kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History, yang didasari bahwasanya aktivitas pembelajaran di SD/MI selama enam tahun, sebagai upaya penanaman doktrin moral, disiplin, perilaku, dasar berhitung, budaya membaca, nasionalisme, dan juga yang tak kalah penting yang wajib diketahui dan dipahami oleh siswa adalah pengetahuan nilai-nilai moral yang dapat diambil dari sejarah Islam.
H.    Saran
1.      Guru yang mengajar di lembaga pendidikan tingkat dasar (SD/MI) selain melaksanakan kewajiban membimbing dan mendidik siswanya, hendaknya juga mampu melakukan pengembangan kurikulum terpadu, yang notabenenya merupakan salah satu kewajiban dan fungsi guru dalam aktivitas kegiatan perencanaan pembelajaran.
2.      Penulisan KTI ini masih terbatas mengembangkan kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History pada jenjang pendidikan dasar di kelas IV, sehingga perlu dikembangkan lagi pada seluruh jenjang kelas secara komprehensif, dari kelas I sampai kelas lembaga pendidikan tingkat dasar (SD/MI).

DAFTAR PUSTAKA
Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan karakter: Strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta: Grasindo.

Children’s resources International, Inc. 2000. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat Pada Anak, Jakarta: CRI Indonesia.

Gillian, Collin, dan Hazel Dixon. 1991. Integrated Learning Planed Curriculum Units, Australia: Books Shelf Publising.

Khaeruddin dkk. 2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); Konsep dan Implementasinya di Madrasah,Yogyakarta: Pilar Media.
Suharjo, Drajad. 2003. Metodologi Penelitian Dan Penulisan Laporan Ilmiah, Yogyakarta: UII Press.
Sukayati.2004. Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Disampaikan dalam Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6-19 Agustus 2004 di PPPG Matematika.

Tim Pengembang Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Trianto. 2013. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI , Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Unruh, GG. and Unruh, A. 1984. Curriculum Development: Problems Processes, and Progress, Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation.
Rujukan dari internet:


http://Meretas Nilai-nilai Moral dan Pendidikan Karakter.htm. (Diakses; Rabu,  Mei 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam, (Diakses; Kamis, 01 Mei 2014)

Lampiran 1
BIODATA

Nama
:
Abd. Azis Tata Pangarsa, S.Pd I, M.Pd

Tempat, Tanggal Lahir
:
Malang, 28 Januari 1984

NIP
:
19840128 200501 1001

Tempat Dinas
:
MI Miftahul Huda Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang

Alamat
:
Jl. Joyo Raharjo Gg.I/ 235K RT.04/RW/02, Merjosari Kecamatan Lowok Waru Kota Malang

Telepon/ HP
:
03417742497/ 081217465337

Pendidikan
:
1.      D2 PGMI/SD STAIN Malang (2001-2003)
2.      S1 PAI UIN Malang (2003-2007)
3.      S1 PGMI UIN Maliki Malang (2009-2012)
4.      S2 PGMI UIN Maliki Malang (2009-2011)
5.      S3 MPI UIN Maliki Malang (2013-.......)

Prestasi/ Penghargaan
:
1.      Wisudawan terbaik Program Pasca Sarjana Jurusan S2 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Maliki Malang, Tahun 2011,
2.      Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah PAI Tingkat Kabupaten Malang yang diadakan MEDP (Madrasah Education Development Project), Tahun 2012,
3.      Tim Guru Inti Kurikulum 2013 Tingkat MI, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Malang.






















[1] Guru di MI Miftahul Huda Wajak Kabupaten Malang, Dosen S1 PGMI STAI Raden Rahmat Kepanjen Malang
[2] Tim Pengembang Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
[3] Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Disampaikan dalam Diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6-19 Agustus 2004 di PPPG Matematika, 2004.
[5] Unruh, GG. and Unruh, A, Curriculum Development: Problems Processes, and Progress, (Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation, 1984), hlm. 97.
[6]  Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 148.
[7] Ibid, hlm.149.
[8] OpCit, hlm.149
[9] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 149-150.
[11]Doni Koesoema A, Pendidikan karakter: Strategi mendidik anak di zaman global (Jakarta: Grasindo, 2007)
[12] Pusat Pengembangan Kurikulum Kemendiknas, 2010, hlm. 148.
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam, (Diakses; Kamis, 01 Mei 2014)
[14] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 7.
[15] Collin, Gillian dan Hazel Dixon. 1991 Integrated Learning Planed Curriculum Units, (Australia Books Shelf Publising., hlm.2.
[16] Children’s resources International, Inc. 2000. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat Pada Anak (Jakarta: CRI Indonesia, hlm.17.
[18] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 147-148.
[19] Khaeruddin dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); Konsep dan Implementasinya di Madrasah (Yogyakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 204

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman