Pengembangan
Kurikulum Terpadu dengan Pendekatan Moral
Values of Islamic History
Oleh: Abd. Azis Tata Pangarsa, M.Pd[1]
A.
Latar
Belakang
Permasalahan tentang kurikulum tidak hanya
persoalan guru dan tenaga kependidikan lainnya saja, akan tetapi merupakan persoalan
seluruh masyarakat. Hal ini dapat
dibuktikan, setiap terjadi perubahan kurikulum, maka komentar-komentar tentang
perubahan tersebut bukan hanya datang dari kalangan guru dan tenaga
kependidikan lainnya saja, akan tetapi juga dari kalangan masyarakat luas. Hal
ini memang wajar, sebab kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, sehingga pemberlakuan
suatu kurikulum dalam dunia pendidikan
akan berdampak luas bagi masyarakat.
Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat
kompetensi peserta didik dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara
utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar perumusan kompetensi dasar tiap mata
pelajaran, sehingga kompetensi dasar tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar
kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar
kelompok pengetahuan.[2]
Sementara itu, paradigma pendidikan yang selama ini diterapkan,
menyebabkan proses dan materi pendidikan lebih mengutamakan pengembangan
intelektual, yang bertujuan membentuk manusia yang mampu bersaing di dunia
global, namun pembentukan manusia kompetitif tidak sekaligus membentuk manusia
yang berkarakter. Pembelajaran
terpadu dilaksanakan pada jenjang pendidikan tingkat dasar, sebagai suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek,
baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajajaran. Dengan adanya
pemaduan ini, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh,
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan
arti bahwa pada pembelajaran terpadu, siswa akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan
antara konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.[3]
B.
Pengembangan Kurikulum Terpadu
1. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan
kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang
dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan
yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.[4]
Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan
pengertian yang membedakan antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa
yang sesungguhnya terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang
banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini, tetapi banyak pula yang
menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya.
Sementara itu Unruh mengatakan bahwa
proses pengembangan kurikulum adalah:
“a complex process of assessing
needs, identifying desired learning outcomes, preparing for instruction to
achieve the outcomes, and meeting the cultural, social, and personal needs that
the curriculum is to serve.”[5]
Kurikulum,
sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena
seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar
dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang
dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang
belajar. Disamping itu, masyarakat dan mereka yang belajar mengalami perubahan
maka langkah awal dalam perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi
(situation analysis) yang kita
hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi
peserta didik, dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan kegiatan.
Proses
pengembangan kurikulum harus dimulai dengan menentukan asumsi-asumsi filosofis
yakni sistem nilai (value system) atau pandangan hidup suatu kelompok masyarakat.
Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya ditentukan tentang hakekat
pengetahuan, sosio-cultural, hakekat
anak didik dan teori-teori belajar. Berdasarkan landasan tersebut disusun
komponen-komponen kurikulum yang menyangkut tujuan baik tujuan umum maupun
tujuan khusus, isi atau materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi.
2.
Definisi Kurikulum Terpadu
Menurut Humphreys, kurikulum
terpadu adalah sebuah studi di mana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan
dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Ia melihat pertautan antara
kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial,
musik, seni. Keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari
satu wilayah studi.[6]
Dalam kurikulum terpadu,
menurut Dressel, pengalaman pembelajaran yang telah direncanakan tidak hanya
membekali siswa dengan pandangan terpadu mengenai pengetahuan umum (melalui
pembelajaran model sistem, dan struktur kebudayaan), tetapi juga memotivasi dan
mengembangkan kekuatan siswa untuk memahami hubungan baru dan menciptakan
model, sistem, dan struktur baru.[7]
Istilah lain yang sering
digunakan untuk menyebut kurikulum terpadu yaitu kurikulum interdisipliner.
Kurikulum interdisipliner
didefinisikan sebagai organisasi kurikulum yang melintasi batas-batas mata
pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang komprehensif atau
studi luas yang menggabungkan berbagai segmen kurikulum ke dalam asosiasi yang
bermakna. Seperti yang dikemukakan oleh Everest yang dikutip oleh Trianto,
bahwasanya kurikulum terpadu merupakan kurikulum yang memadukan beberapa mata
pelajaran ke dalam sebuah objek aktif. Sebab, dengan cara itulah siswa
menemukan mata pelajaran yang digabungkan dengan dunia nyata dalam satu
aktivitas.[8]
Berdasarkan beberapa
definisi tersebut, pada dasarnya mendukung bahwa kurikulum terpadu adalah
pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa menghadapi pembelajaran seumur
hidup (long life education). Dengan
demikian, ungkap Trianto, secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau
kurikulum interdispliner mencakup
tujuh elemen, yaitu; kombinasi mata pelajaran, penekanan pada proyek, sumber di
luar buku teks, keterkaitan antar konsep, unit-unit tematik sebagai prinsip organisasi, jadwal yang fleksibel, dan
pengelompokkan siswa yang fleksibel.[9]
C. Moral Values of Islamic History (baca: Nilai-nilai Moral Sejarah
Islam)
1. Pengertian Moral Values of Islamic History
“Moral values are the
principles and standards which determine whether an action is right or wrong”[10],
yang artinya nilai-nilai moral adalah prinsip-prinsip dan standar
yang menentukan apakah suatu tindakan benar atau salah.
Tiga komponen penting dari karakter moral
yang baik yaitu moral knowing atau
pengetahuan tentang moral, moral feeling
adalah perasaan tentang moral dan moral
action atau perilaku dan perbuatan bermoral. moral knowing terdiri dari
enam hal pokok yang seharusnya diajarkan yaitu:[11](1) adanya kesadaran moral, (2) mengetahui nilai-nilai moral, (3) perspective taking, (4) penalaran moral,
(5) pengambilan keputusan dan (6.) pemahaman diri sendiri. Sementara moral feeling atau perasaan moral
merupakan sumber kekuatan untuk selalu bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip
moral.
Dalam kaitan dengan perasaan moral ini
juga terdapat enam hal yang perlu ditanamkan kepada anak sesuai dengan tahapan
perkembangannya yaitu : (1) penajaman hati nurani, (2) penguatan rasa percaya
diri, (3) peningkatan empathy atau
pelatihan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, (4)
mencintai kebenaran, (5) kemampuan untuk dapat terus menerus mengontrol diri
dan (6) upaya untuk mengasah kerendahan hati. Moral action adalah perilaku yang didasari pertimbangan moral,
perilaku moral adalah pengejawantahan dari pengetahuan tentang moral yang
termanifestasi dalam tindakan atau perilaku nyata.
Pendidikan karakter yang dikembangkan
melalui jalur pendidikan akan melingkupi pengetahuan, sikap dan perilaku
terkait dengan nilai nilai moral (moral
knowing, moral feeling, dan moral doing). Nilai yang perlu dikembangkan
memalui pendidikan formal di sekolah terdiri dari 18 yaitu: (1) religius, (2)
jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri,
(8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah
air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar
membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggungjawab.[12]
Sedangkan, Islamic History atau Sejarah Islam adalah sejarah agama Islam mulai
turunnya wahyu pertama pada tahun 622 yang diturunkan kepada rasul yang
terakhir yaitu Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, Arab Saudi sampai dengan
sekarang.[13] Jadi kesimpulannya Moral Values of
Islamic History, adalah suatu pendekatan yang menggali nilai-nilai
moral yang terdapat pada sejarah Islam untuk diinternalisasikan dalam kegiatan
pembelajaran terpadu, yang bertujuan untuk membentuk manusia (siswa) yang
bermoral, berakhlakul karimah dan
menghargai perbedaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2. Hubungan Aktivitas Pembelajaran Terpadu dengan Moral
Values of Islamic History
Sejarah
Islam dalam penelitian kami ini akan menjadikan nilai lebih dari aktivitas
pembelajaran terpadu, dikarenakan setiap materi pembelajaran secara terpadu, secara
langsung maupun tidak langsung akan diselipi tentang nilai-nilai moral yang
terkandung dalam sejarah Islam. Sehingga diharapkan aktivitas pembelajaran itu
relevan dan penuh makna, mulai dari pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta
secara pasif, dengan memberdayakan pengalaman siswa untuk mengerti dan memahami
dunia kehidupannya.
Cara
pengemasan pengalaman belajar yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap
kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif
dan menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi lain
yang relevan akan membentuk skemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan
kebulatan pengetahuan.[14]
D. Tahap-Tahap
Pengembangan Kurikulum Terpadu dengan
Pendekatan Moral Values of Islamic History
Adapun
tahapan pengembangan kurikulum yang dilakukan, adalah seperti pada bagan di
bawah ini;
|
|||||
![]() |
|||||
Gambar: Bagan alur Pengembangan Kurikulum Terpadu dengan
Pendekatan Moral Values of Islamic
History
E.
Analisis Pentingnya
Pengembangan Kurikulum Terpadu
Pembelajaran
terpadu sebagai bentuk implementasi implementasi kurikulum terpadu pada anak
usia dini dalam hal ini siswa Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) kelas I
sampai kelas VI didasarkan pada keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik
jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Istilah terpadu pada
pembelajaran terpadu atau integrated adalah”………repositioning of
earning experiences into meaningful contexs”[15],
maksudnya bahwa pembelajaran terpadu menekankan pengalaman belajar dalam
konteks yang bermakna. Pembelajaran dalam hal ini bertolak dari tema-tema.
Selain itu pembelajaran terpadu didefinisikan juga sebagai, suatu konsep dapat
dikatakan sebagai pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi
untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada anak.[16]
Implementasi pengembangan kurikulum
terpadu dalam pembelajaran terpadu dengan guru menyelipkan tentang sejarah
Islam yang relevan dan sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan kemudian
siswa diberi tugas untuk menyimpulkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam
sejarah Islam sebagai sebuah solusi alternatif yang ditawarkan dalam tulisan ini, dalam upaya mengatasi problematika
pendidikan di Indonesia, khususnya problematika pada yang terjadi pada siswa di
tingkat pendidikan dasar yaitu di SD/MI,
dengan didasari beberapa alasan bahwasanya pembelajaran terpadu cocok
digunakan di tingkat SD/MI adalah sebagai berikut:[17]
a) Pendidikan di SD/MI harus
memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf
perkembangannya, anak SD/MI melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka
belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.
b) Di samping memperhatikan
perkembangan intelektual anak, guru juga harus mengurangi dampak dari fenomena
ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai
sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak
memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang
luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di
masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia
secara utuh.
F.
Pengembangan Kurikulum
Terpadu Dengan Pendekatan Moral Values of
Islamic
History
Moral Values of Islamic History (baca: Nilai-nilai Moral Sejarah Islam) sangat
penting untuk disampaikan kepada siswa, khususnya siswa yang belajar di
madrasah. Sementara itu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di
Madrasah Ibtidaiyah, materi yang diajarkan memiliki keterbatasan, sehingga
sudah semestinya sejarah Islam yang sesuai dan relevan dapat dimasukkan ke
dalam kurikulum terpadu yang dapat dijadikan nilai tambah dari materi yang
diajarkan oleh guru secara lintas interdisipliner
dalam pembelajaran terpadu. Pada dasarnya, pembelajaran terpadu merupakan
model pembelajaran untuk implementasi kurikulum terpadu (integrated curriculum approach).[18] Khaeruddin, juga menyatakan hal yang sama, bahwa
pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi pembelajaran
berdasarkan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat
proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi siswa.[19]
Disamping itu
dari sisi guru, sudah selayaknya profesi sebagai seorang pendidik membutuhkan
kompetensi yang terintegrasi baik secara intelektual-akademik, social history, pedagogis, dan
profesionalitas yang kesemuanya berlandaskan pada sebuah kepribadian yang utuh
pula, sehingga dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik senantiasa dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif, inovatif, dan relevan,
dalam hal ini penulis menawarkan konsep pengembangan kurikulum terpadu dengan
pendekatan Moral Values of Islamic History,
yang didasari bahwasanya aktivitas
pembelajaran di SD/MI selama enam tahun, sebagai upaya penanaman doktrin moral,
disiplin, perilaku, dasar berhitung, budaya membaca, nasionalisme, dan juga
yang tak kalah penting yang wajib diketahui dan dipahami oleh siswa adalah
pengetahuan nilai-nilai moral yang dapat diambil dari sejarah Islam.
Berdasarkan salinan
lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 67 tahun 2013
tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
kelas IV terdapat pada kolom
satu dan kolom dua yaitu tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI/KD). Adapun
pengembangan kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History, ada pada tabel pada kolom ke tiga
dan kolom empat.(Lihat Lampiran 2).
G.
Kesimpulan
Ada
pun kesimpulan jurnal
ini adalah:
1.
Dalam mengembangkan
kurikulum terpadu, guru sebagai pengembang kurikulum perlu menjalankan peran
evaluatif dan peran kritisnya dalam menentukan muatan kurikulum dianggap layak
untuk dipelajari oleh siswa. Oleh sebab itu menyerap berbagai informasi yang
dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu langkah penting dalam proses
penyusunan suatu kurikulum.
2.
Konsep pengembangan
kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History,
yang didasari bahwasanya aktivitas
pembelajaran di SD/MI selama enam tahun, sebagai upaya penanaman doktrin moral,
disiplin, perilaku, dasar berhitung, budaya membaca, nasionalisme, dan juga
yang tak kalah penting yang wajib diketahui dan dipahami oleh siswa adalah
pengetahuan nilai-nilai moral yang dapat diambil dari sejarah Islam.
H.
Saran
1. Guru
yang mengajar di lembaga pendidikan tingkat dasar (SD/MI) selain melaksanakan
kewajiban membimbing dan mendidik siswanya, hendaknya juga mampu melakukan
pengembangan kurikulum terpadu, yang notabenenya
merupakan salah satu kewajiban dan fungsi guru dalam aktivitas kegiatan
perencanaan pembelajaran.
2. Penulisan
KTI ini masih terbatas mengembangkan kurikulum terpadu dengan pendekatan Moral Values of Islamic History pada
jenjang pendidikan dasar di kelas IV, sehingga perlu dikembangkan lagi pada
seluruh jenjang kelas secara komprehensif, dari kelas I sampai kelas lembaga
pendidikan tingkat dasar (SD/MI).
DAFTAR
PUSTAKA
Doni
Koesoema A. 2007. Pendidikan karakter:
Strategi mendidik anak di zaman global. Jakarta: Grasindo.
Children’s
resources International, Inc. 2000. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat
Pada Anak, Jakarta: CRI Indonesia.
Gillian,
Collin, dan Hazel Dixon. 1991. Integrated Learning Planed Curriculum Units,
Australia: Books Shelf Publising.
Khaeruddin dkk. 2007.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
Konsep dan Implementasinya di Madrasah,Yogyakarta: Pilar Media.
Suharjo, Drajad. 2003. Metodologi
Penelitian Dan Penulisan Laporan Ilmiah, Yogyakarta: UII Press.
Sukayati.2004.
Pembelajaran Tematik di SD Merupakan
Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Disampaikan dalam Diklat Instruktur/
Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6-19 Agustus 2004 di PPPG
Matematika.
Tim
Pengembang Kurikulum 2013, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Trianto. 2013. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan
Anak Usia Awal SD/MI , Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Unruh,
GG. and Unruh, A. 1984. Curriculum
Development: Problems Processes, and Progress, Berkeley, California: McCutchan
Publishing Corporation.
Rujukan dari internet:
http://www.ask.com/question/definition-of-moral-values
(Diakses; Senin, 12 Mei 2014)
http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/09/pembelajaran-terpadu/
(Diakses; Jum’at, 02 Mei 2014)
http://gledysapricilia.files.wordpress.com/2012/06/pengembangan-kurikulum.pdf,
(Diakses; Kamis, 01 Mei 2014)
http://Meretas Nilai-nilai Moral dan Pendidikan
Karakter.htm. (Diakses; Rabu, Mei
2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Islam,
(Diakses; Kamis, 01 Mei 2014)
Lampiran
1
BIODATA
|
Nama
|
:
|
Abd. Azis Tata Pangarsa, S.Pd I, M.Pd
|
||||
|
Tempat, Tanggal Lahir
|
:
|
Malang, 28 Januari 1984
|
||||
|
NIP
|
:
|
19840128 200501 1001
|
||||
|
Tempat Dinas
|
:
|
MI Miftahul Huda Desa Sumberputih
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang
|
||||
|
Alamat
|
:
|
Jl. Joyo Raharjo Gg.I/ 235K
RT.04/RW/02, Merjosari Kecamatan Lowok Waru Kota Malang
|
||||
|
Telepon/ HP
|
:
|
03417742497/ 081217465337
|
||||
|
Pendidikan
|
:
|
1. D2
PGMI/SD STAIN Malang (2001-2003)
2. S1
PAI UIN Malang (2003-2007)
3. S1
PGMI UIN Maliki Malang (2009-2012)
4. S2
PGMI UIN Maliki Malang (2009-2011)
5. S3 MPI UIN Maliki Malang (2013-.......)
|
||||
|
Prestasi/ Penghargaan
|
:
|
1. Wisudawan
terbaik Program Pasca Sarjana Jurusan S2 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) UIN Maliki Malang, Tahun 2011,
2. Juara
1 Lomba Karya Tulis Ilmiah PAI Tingkat Kabupaten Malang yang diadakan MEDP (Madrasah Education Development Project),
Tahun 2012,
3. Tim
Guru Inti Kurikulum 2013 Tingkat MI, Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Malang.
|
||||
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
||||
[1] Guru di MI
Miftahul Huda Wajak Kabupaten Malang, Dosen S1 PGMI STAI Raden Rahmat Kepanjen
Malang
[3] Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan
dari Pembelajaran Terpadu, Disampaikan dalam Diklat Instruktur/ Pengembang
Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6-19 Agustus 2004 di PPPG Matematika,
2004.
[4]http://gledysapricilia.files.wordpress.com/2012/06/pengembangan-kurikulum.pdf,
(Diakses; Kamis, 01 Mei 2014)
[5] Unruh, GG. and Unruh,
A, Curriculum Development: Problems
Processes, and Progress, (Berkeley, California: McCutchan Publishing
Corporation, 1984), hlm. 97.
[6] Trianto, Desain
Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal
SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 148.
[7] Ibid, hlm.149.
[8] OpCit, hlm.149
[9] Trianto,
Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik
bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), hlm. 149-150.
[10] http://www.ask.com/question/definition-of-moral-values
(Diakses; Senin, 12 Mei 2014)
[11]Doni Koesoema A, Pendidikan karakter: Strategi mendidik anak
di zaman global (Jakarta: Grasindo, 2007)
[14] Trianto,
Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik
bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), hlm. 7.
[15] Collin, Gillian dan
Hazel Dixon. 1991 Integrated Learning Planed Curriculum Units,
(Australia Books Shelf Publising., hlm.2.
[16] Children’s resources
International, Inc. 2000. Menciptakan Bahan Ajar Yang Berpusat Pada Anak (Jakarta:
CRI Indonesia, hlm.17.
[17] http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/09/pembelajaran-terpadu/ (Diakses;
Jum’at, 02 Mei 2014)
[18] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik
bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), hlm. 147-148.
[19] Khaeruddin dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);
Konsep dan Implementasinya di Madrasah (Yogyakarta: Pilar Media, 2007),
hlm. 204

Tidak ada komentar:
Posting Komentar